Selasa, 27 November 2012

Siapa Sih yang Enggak Mau



Hari minggu pagi yang indah dengan air super deras turun dari langit mendung, menghantarkan saya mandi gratis di jalan. Basah kuyup dari ujung rambut, apalagi ujung kaki entah bagaimana cara menggambarkan keadaan basah kuyup menuju gereja pada saat itu. Hasil akhir acara basah kuyup yang mengharuskan saya membeli dress baru untuk menggantikan seluruh kostum awal. Toilet mall yang masih sepi pengunjung, saya seperti di rumah sendiri memeras celana jeans dan baju atasan sebelum dimasukkan ke plastik dan menggantikan dengan dress dadakan yang baru dibeli. Mungkin bisa di bilang apes, tapi hal tersebut menambah pengalaman unik dan lucu dalam hidup saya. 

Anyway hari minggu di buka dengan acara basah kuyup, di sore hari saya menerima sms dari nyokap.

Nyokap : (sms 1) sekali-skali kalo hari sabtu nggak kerja ke rumah tulang lah. Biar gereja sama tulang, biar dapat jodoh orang batak.
(sms 2) 2 tahun lagi papa pensiun, sebelum papa pensiun menikahlah kamu. Rugi kalau tidak menikah sekarang, belum lagi umur makin bertambah. Bla bla bla blaaaaaaaa

Eng ing eng... datanglah tema besar yang bernama jodoh atau pasangan hidup yang membuat saya jadi sedikit emosi. Jika ditanya, saya pasti mau menikah. Perasaan atau keinginan menikah itu sudah ada, walaupun nggak pengen nikah sekarang (saat ini juga). Lagipula dengan kondisi yang memang saya belum menemukan “the right man”, posisi saya saat ini belum genap 1 bulan moment kelulusan after sidang skripsi dan baru menikmati kembali sebagai wanita karir setelah sekian lama menjadi mahasiswi extention di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Namanya juga baru lulus kuliah dan kembali menjadi wanita karir lagi, pasti lagi semangat-semangatnya untuk berkarir dan menikmati udara bebas lepas dari ransel ‘mahasiswi’ tapi udah di cekek atau dipenjara lagi atau bisa dibilang dikejar deadline yang namanya dapatin jodoh secara instan and then menikah. 



Siapa sih yang nggak mau menikah? Sebagian besar makhluk hidup di dunia ini khususnya manusia itu pasti ada keinginan untuk menikah. Tapi, saya sangat menolak keras jika saya harus gereja jauh2 ikut sama tulang saya demi mendapatkan pria batak untuk dijadikan jodoh (what the hell) saya pergi ke gereja tujuan utama adalah kerinduan beribadah & bersekutu bersama saudara seiman lainnya, saya juga menolak keras jika saya harus menikah karena deadline umur, karena perintah dari para keluarga, karena lagi musimnya dsb. Sorry! saya akan  menikah karena memang sudah waktunya dari Tuhan dan menikah dengan “Mr. Right”.

Pasti ada rasa kecewa campur marah dan bete’ ketika hal menikah itu kesannya suatu hal yang ‘biasa’ saja atau bisa dikatakan ‘rutinitas’ perjalanan hidup belaka. Seakan pernikahan itu moment yang nggak berharga sama sekali. Tiada yang salah tentang pernikahan. Pernikahan itu bagi saya unforgetable moment banget melebihi apapun. Pada waktu itu tiba saya ingin senyum manis dan bahagia tiada hentinya terlukis di hati dan wajah pendamping hidup saya, keluarganya beserta seluruh orang-orang yang saya kasihi lainnya.

So, jangan gampang bertanya ‘kapan merried?’. Karena merried suatu moment yang berbeda dengan pertanyaan ‘kapan kelar skripsi?’. Jika ingin menjadi pengingat sesekali it’s okey lah.
Saya yakin sudah ada rancangan Tuhan yang indah khusus buat saya tentang “Mr. Right” di depan sana. Karena rancangan yang ada pada Tuhan rancangan damai sejahtera, bukan rancangan kecelakaan..... Tinggal menunggu saatnya tiba, yang selalu indah tepat pada watunya.

*****

Nyokap : sebutan mama dalam bahasa di jakarta.
Tulang : sebutan atau panggilan paman di kalangan orang batak toba (kakak/adik laki-laki dari     saudara kandung mama).

-Ria Sinaga-
24-Nov-2012; 11.35pm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar