Hari minggu pagi
yang indah dengan air super deras turun dari langit mendung, menghantarkan saya
mandi gratis di jalan. Basah kuyup dari ujung rambut, apalagi ujung kaki entah
bagaimana cara menggambarkan keadaan basah kuyup menuju gereja pada saat itu. Hasil
akhir acara basah kuyup yang mengharuskan saya membeli dress baru untuk menggantikan seluruh kostum awal. Toilet mall yang masih sepi pengunjung,
saya seperti di rumah sendiri memeras celana jeans dan baju atasan sebelum dimasukkan
ke plastik dan menggantikan dengan dress
dadakan yang baru dibeli. Mungkin bisa di bilang apes, tapi hal tersebut
menambah pengalaman unik dan lucu dalam hidup saya.
Anyway hari minggu di buka
dengan acara basah kuyup, di sore hari saya menerima sms dari nyokap.
Nyokap : (sms 1) sekali-skali
kalo hari sabtu nggak kerja ke rumah tulang lah. Biar gereja sama tulang, biar
dapat jodoh orang batak.
(sms 2) 2 tahun
lagi papa pensiun, sebelum papa pensiun menikahlah kamu. Rugi kalau tidak
menikah sekarang, belum lagi umur makin bertambah. Bla bla bla blaaaaaaaa
Eng ing eng...
datanglah tema besar yang bernama jodoh atau pasangan hidup yang membuat saya
jadi sedikit emosi. Jika ditanya, saya pasti mau menikah. Perasaan atau keinginan
menikah itu sudah ada, walaupun nggak pengen nikah sekarang (saat ini juga).
Lagipula dengan kondisi yang memang saya belum menemukan “the right man”, posisi saya saat ini belum genap 1 bulan moment kelulusan after sidang skripsi dan baru menikmati kembali sebagai wanita karir
setelah sekian lama menjadi mahasiswi extention
di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Namanya juga baru lulus kuliah
dan kembali menjadi wanita karir lagi, pasti lagi semangat-semangatnya untuk
berkarir dan menikmati udara bebas lepas dari ransel ‘mahasiswi’ tapi udah di
cekek atau dipenjara lagi atau bisa dibilang dikejar deadline yang namanya dapatin jodoh secara instan and then menikah.
Siapa sih yang
nggak mau menikah? Sebagian besar makhluk hidup di dunia ini khususnya manusia
itu pasti ada keinginan untuk menikah. Tapi, saya sangat menolak keras jika
saya harus gereja jauh2 ikut sama tulang saya demi mendapatkan pria batak untuk
dijadikan jodoh (what the hell) saya
pergi ke gereja tujuan utama adalah kerinduan beribadah & bersekutu bersama
saudara seiman lainnya, saya juga menolak keras jika saya harus menikah karena deadline umur, karena perintah dari para
keluarga, karena lagi musimnya dsb. Sorry!
saya akan menikah karena memang sudah
waktunya dari Tuhan dan menikah dengan “Mr.
Right”.
Pasti ada rasa
kecewa campur marah dan bete’ ketika hal menikah itu kesannya suatu hal yang
‘biasa’ saja atau bisa dikatakan ‘rutinitas’ perjalanan hidup belaka. Seakan pernikahan
itu moment yang nggak berharga sama
sekali. Tiada yang salah tentang pernikahan. Pernikahan itu bagi saya unforgetable moment banget melebihi
apapun. Pada waktu itu tiba saya ingin senyum manis dan bahagia tiada hentinya
terlukis di hati dan wajah pendamping hidup saya, keluarganya beserta seluruh
orang-orang yang saya kasihi lainnya.
So, jangan gampang bertanya
‘kapan merried?’. Karena merried suatu moment yang berbeda dengan pertanyaan ‘kapan kelar skripsi?’. Jika
ingin menjadi pengingat sesekali it’s
okey lah.
Saya yakin sudah
ada rancangan Tuhan yang indah khusus buat saya tentang “Mr. Right” di depan sana. Karena rancangan yang ada pada Tuhan
rancangan damai sejahtera, bukan rancangan kecelakaan..... Tinggal menunggu
saatnya tiba, yang selalu indah tepat pada watunya.
*****
Nyokap : sebutan
mama dalam bahasa di jakarta.
Tulang : sebutan atau panggilan paman di kalangan orang batak toba (kakak/adik
laki-laki dari saudara kandung mama).
-Ria Sinaga-
24-Nov-2012;
11.35pm