Cinta satu kata
yang relatif di sukai oleh orang maupun tidak disukai. Ukuran orang yang
tergolong “normal” secara mental pasti pernah merasakan jatuh cinta. Merasakan
yang namanya manisnya jatuh cinta itu pasti buat hari-hari tidak terasa “panas”
walaupun keadaan sangat “panas”. Bibir akan slalu tersenyum-senyum kecil dan
rasa kangen ingin bertemu pun akan menghampiri hati.
Apakah cinta itu?
Banyak yang mengartikan definisi cinta. Tergantung sudut pandang bermacam-macam
orang. Bagiku, cinta itu adalah Kasih. Kasih bisa dirasakan sulit untuk
dikatakan. Karena bagiku makna kasih lebih dari sekedar kata-kata. Kasih, bukan
berarti tidak tegas. Tetapi kasih bukan berarti kasar. Cinta Tuhan kepada
umatnya tak terhingga dan tak terhitung. Cinta orang tua kepada anak-anaknya,
cinta seorang anak kepada orangtuanya, cinta kepada pekerjaan, cinta kepada
pasangan dsb.
Begitu sangat
disayangkan ketika banyak yang menyalahgunakan tentang cinta. Katanya cinta
tetapi selingkuh dari pasangannya. Katanya cinta tetapi tega membunuh anak
kandungnya sendiri. katanya cinta tetapi memfitnah sahabatnya. Katanya cinta
tetapi tidak menghargai arti sebuah pertemanan. Apakah kapok dengan yang
namanya cinta?
Kita tidak perlu
kapok dengan yang namanya cinta. Mengapa demikian? Saya terinspirasi lewat buku
kakak serta sahabat saya. Beliau pernah membuat perumpamaan : jika suatu malam
saya pulang naik motor, dan saya kehujanan hingga basah kuyup sehingga keesokan
harinya saya sakit selama 1 minggu, apakah setelah sembuh saya menjual motor saya
dan tidak akan pernah naik motor lagi selama-lamanya? Bukankah tidak perlu
menjual motor tersebut? Saya hanya melakukan penyesuaian dengan menyediakan jas
hujan di motor dan menjaga stamina tubuh agar tetap fit sehingga saya tidak
mudah sakit jika kehujanan di malam hari (by.Ferry Felani). Seperti itu halnya
dengan cinta. Hanya perlu melakukan penyesuaian. Semakin pernah mengalami
rasanya sakit hati karena mencintai seseorang yang ternyata pada akhirnya
mengecewakan kita, semakin dewasa untuk melakukan penyesuaian. Jangan karena
banyak kejadian yang buruk tentang cinta, membuat pada akhirnya takut dengan
yang namanya cinta.
***
Anyway, saya pengen
ngebahas tentang cinta yang banyak di doyanin oleh kalangan muda. Apalagi kalo
bukan soal cinta pada kekasih hati. Jaman sekarang untuk mengungkapkan cinta
itu banyak versinya. Berbeda jaman bapak mamak kita dulu, secara jaman dulu
bisa dibilang jaman “perang”. Mengungkapkan rasa cinta itu nggak bisa sebebas
jaman sekarang. Jaman sekarang dengan tekhnologi yang semakin maju dan canggih
serta jenis media sosial yang beragam, bisa mengungkapkan perasaan cinta
melalui hal tersebut. Misalnya bisa pasang status “thank you for today my hunny
bunny, my sunshine, my hero Daddy” (masih jadi pacar doank udah dipanggil
daddy). Ada juga yang bikin status “abis jalan2 seharian bareng si abang. I’m
so happy high quality time with you. I luve you, bang. Kiranya cinta kita slalu
bersemi bersama Tuhan” (status yang “keliatan” rohani). Ada juga saking
cintanya bikin status “get well soon darling. Sedih rasanya jika kamu sakit.
Lebih baik aku saja yang sakit”. Nggak ada yang salah kok sama
ungkapan-ungkapan cinta dalam status sosial media. Jadi salah jika tidak
dipertahankan sampai jenjang berumah tangga.
Sungguh indah bukan
ketika berumah tangga walaupun sudah punya anak empat tapi bisa mesra
selayaknya orang yang lagi falling in love. Oleh sebab itu, cinta bukan sekedar
kata-kata, bukan sekedar status-status di sosial media, bukan sekedar itu
semua. Penting sekali anak-anak remaja yang masih labil mempunyai pengendalian
diri untuk tidak berpacaran tetapi lebih memilih untuk memperbanyak teman dan
kegiatan-kegiatan positif selain bersekolah. Kenapa? Agar terhindar dari hamil
dini, hal ini yang paling buruk. Sulit untuk dibayangkan gimana rasanya remaja
muda yang seharusnya nongkrong-nongkrong, jalan-jalan, nonton bareng
temen-temen, mengikuti acara-acara rohani dsb harus punya anak dan mengurus
anaknya. Kasihan anaknya, karena seorang anak tidak bisa memilih lahir dari
keluarga mana.
Kehidupan single,
begitu menyenangkan dan juga menggalaukan. Menyenangkan tidak ada beban
tanggung jawab buat “orang lain” jika pagi hari bangun telat juga no problem
karena hanya memikirkan diri sendiri. Galau karena kalau ada konser, kondangan,
pengen nonton agak bingung mau ajak siapa. Ketika berumah tangga, misalnya
menjadi seorang istri bangun tidur harus siapin sarapan, pakaian, barang yang
harus dibawa oleh mereka harus dipastikan dan diteliti oleh seorang istri.
Terus, belum lagi tiap bulan dapat jatah uang belanja dari suami. Seorang istri
harus pinter-pinter dan sebijak-bijaknya mengatur keuangan rumah tangga.
Single, udah biasa pastinya ngatur keuangan sendiri. kalau lagi bokek, happy
aja masih bisa nonton Tv di rumah dan makan seadanya. Berbeda ketika berumah
tangga, harus sebijak-bijaknya mulai dari kebutuhan rumah secara keseluruhan,
kebutuhan anak secara khusus dan harus menyisihkan untuk menabung. Tepok jidat
deh baru sampai di situ doank. Belum masalah anak yang maunya banyak, kalau
nggak dikasi tar dianggep mamanya jahat atau pelit. Belum lagi suami curhat
melulu masalah kantor atau ditinggal ke luar kota dalam waktu yang cukup lama.
Belum lagi kalau rumah ada yang bocor atau waktunya ada yang harus direnovasi.
Belum lagi ngajarin anak belajar ngerjain pe-er nya, anak kalau sakit harus
dibawa ke dokter. Rasanya pengen rontok rambut ini. Tetapi seperti itulah
gambaran ketika berumah tangga. Menjadi seorang suami dan seorang bapak, apa
kabarnya? Seorang suami dan menjadi bapak bener-bener harus mempuanyai
pekerjaan dengan penghasilan yang tetap. Betah ataupun tidak betah bekerja,
harus terus maju. Jika tidak, keluarganya mau dikasi makan apa. Belum lagi
seorang bapak harus tetap memperhatikan istrinya dan memberi kasih sayang
kepada anaknya. Seorang anak membutuhkan sosok bapak atau ayah yang peduli dan
terbiasa mengungkapkan kasih sayang selain bersikap tegas. Seorang anak, sangat
membutuhkan keseimbangan keteladanan dari seorang ayah dan ibunya. Ambil contoh
ketika anaknya sakit, pasti pengen dimanja juga sama ayahnya. Pulang kerja lagi
capek dan pengen relax, seorang ayah harus rela menanggalkan bajunya dan
menggendong anaknya yang sedang sakit agar bisa tertidur pulas. Ketika weekend
seorang ayah pasti membutuhkan yang namanya istirahat dan tidur yang lebih
lama. Tetapi terkadang harus rela untuk meluangkan waktu bermain atau mengajak
jalan-jalan walaupun hanya sekedar makan di luar bersama anaknya.
Walaubagaimanapun kalau lagi weekend jiwanya anak-anak itu pengennya pasti main
terus. Nggak ada dalam pikiran anak-anak pengennya istirahat di rumah seperti
yang diinginkan orang tuanya. Semua hal diatas harus disertai oleh kesiapan
hati, mental, dan rasa cinta dan saling mencintai. Jika benar-benar cinta, apa
sih yang enggak buat kamu :p
Apa akibat dari
tidak adanya kesiapan hati, mental dan rasa cinta. Seorang suami hanya bisa
menuntut isitrinya yang berdasarkan keingingan emosi semata dan hanya bisa
mengatur serta marah-marah ngebentak bentak sama anaknya. Seorang istri bisanya
cuma teriak-teriak dan memancing keributan terhadap suaminya serta hanya bisa
membunuh karakter anaknya dengan kata-kata yang tidak sepantasnya diucapkan
oleh seorang ibu kepada anaknya. Contoh lain, bisa jadi seorang anak di
eksploitasi. Maksud dari eksploitasi disini orangtuanya tidak memiliki
pekerjaan dan bisa dibilang “malas” mencari pekerjaan. Masa kanak-kanak yang
seharusnya dihabiskan untuk belajar dan bermain, tetapi ini justru harus
menafkahi kebutuhan keluarganya. Coba renungkan, ketika diperhadapkan atau
mengalami hal tersebut di masa anak-anak, pasti berpikir lebih baik tidak
dilahirkan, bukan?
Jangan pernah takut
untuk menikah, ketika kita menikah dengan orang yang tepat kesulitan apapun
dalam hidup ini terasa ringan karena hidup bersama orang yang tepat. Tetapi ingat,
menikah bukan soal meriahnya pesta dan banyaknya tamu undangan. Menikah soal
bagaimana mengisi kehidupan semakin hari semakin berkualitas. Karena menikah
bukan sekedar hanya untuk menjalani siklus hidup pada umumnya.
Taatlah pada yang
Empunya hidup kita disaat penantian akan Mr. Right or Mrs. Right. Proses dari
masa single setiap orang berbeda-beda. Keadaan yang saat ini kita alami, tidak
akan selamanya seperti saat ini. Ada waktunya nanti tiba, dan harus siap.
Terpenting adalah siap. Siap bertanggung jawab dan siap berkomitmen.
***
Hai para pria, jika
menginginkan seorang putri, berlakulah seperti layaknya seorang pangeran yang
hidupnya dapat menjadi panutan, teladan, bertanggung jawab, serta dapat
menghargai seorang wanita sebagaimana mestinya.
Hai ladies, jika
menginginkan seorang pangeran, belajarlah untuk berlaku seperti layaknya
seorang putri yang berpikir seperti pria tetapi tetap bertingkah laku sebagai
layaknya wanita serta hargailah dirimu sendiri.
Ria Sinaga
23-Feb-2013; 10.00
pm.