Minggu, 25 November 2012

Jurusan Akuntansi Babes




Ehem, uhuk, yipikayey, eciee yang udah lulus dari perkuliahan jurusan akuntansi. Mimpi nggak ya di belakang nama bisa di selipin gelar S.E. Jaman sekarang, memang sudah lumrah untuk menjadi sarjana. Berbeda dengan jaman papa mama saya dulu untuk menjadi sarjana itu adalah sesuatu yang ‘wow’ dan nggak gampang karena berbagai faktor. Jika banyak orang mencapai S.E hal yang short journey, berbeda dengan saya. Usia seperempat abad, saya baru berhasil lulus kuliah strata 1. Awalnya saya berkuliah mengambil Study D3 akuntansi program non reguler yang notabene sudah ditentukan masa study 3,5 tahun. Entah kenapa waktu itu saya dan keluarga mengambil keputusan untuk menerima sgala konsekuensi termasuk dalam hal waktu. Stelah lulus dari D3 yang waktu studynya lebih lama dari D3 pada umumnya, saya sempat rehat sejenak. Saya enjoy hanya bekerja dan belum ada hasrat untuk melanjutkan ke strata 1. Sejujurnya, pada saat saya mengambil keputusan kuliah di jurusan akuntansi hanyalah karena restu dari orang tua. Saya juga didorong oleh guru ekonomi akuntansi saat saya masih SMA untuk berkuliah di jurusan akuntansi. Sebenarnya, saya pengen banget berkuliah di jurusan komputer, hukum atau komunikasi. Tetapi karena latar belakang jurusan akuntansi adalah jurusan yang paling tenar dikalangan ilmu sosial, jadinya saya mengambil jurusan tersebut untuk pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Beberapa orang terdekat sering mengatakan “elu itu nggak cocok kerja di ladang finance, accounting dkk ri. Orang yang kerja dibagian finance, accounting itu yang jiwanya jutek, pendiem, nggak rame. Kalo elu itu suka ikut-ikut acara musik, acara ini, acara itu, bisa tau ini and itu dengan cepat dsb”. Hahaha, saya hanya bisa merespon dengan tertawa. 

Well, semakin dewasa memahami kehidupan dan arti sebuah panggilan saya sadar kalo saya hanya berminat di dunia akuntansi tetapi tidak mempunyai bakat di kalangan akuntansi dan kawan-kawannya. Saya bisa mengerjakan pekerjaan akuntansi, keuangan, perpajakan tetapi tidak cinta. Hal yang disayangkan ketika mempunyai minat tetapi ternyata tidak berbakat. Tanya saja pada dosen pembimbing saya yang baik hati, berapa pertanyaan kompre dari dosen penguji yang berhasil saya jawab saat sidang. Bisa dihitung dengan jari saya dapat menjawab pertanyaan kompre. Karena saya hanya modal menghapal tetapi tidak memahami apa yang saya baca dan pelajari. Saya juga bingung, saat SMA saya jago akuntansi, tetapi berbeda pada saat di perguruan tinggi. Kurangnya bakat akuntansi dalam diri saya, membuat saya kurang antusias. 

Lulusan akuntansi itu memang bisa dibilang spesial. Mana ada membutuhkan seorang akuntan dan auditor membuat salah satu persyaratan minimal Sarjana from any major. Kenapa, karena jurusan akuntansi itu spesial yang akan menempati kedudukan yang mempunyai peran yang sangat penting di industri manapun. Kalo di kalangan IPA bisa melahirkan dokter-dokter hebat, di kalangan IPS dapat melahirkan para dokter keuangan. Manusia dan uang, dua-duanya kadang sama tingkat sensitifnya. Salah dikit aja, udah salah smuanya dan melahirkan yang namanya salah diangnosa atau salah analisa. Banyak orang yang bilang saya termasuk orang yang mempunyai tingkat analisa yang tajam. Saya memang senang menganalisa. Menganalisa tentang lingkungan, tentang berita, tentang karakter, tentang fashion, tentang film dan musik, tetapi tidak tentang angka-angka rupiah, dollar dsb. Cuma sebagai info aja, sebenarnya banyak orang yang bilang “gw nggak ngerti apa-apa soal akuntansi kan gw dari IPA”. Justru biasanya yang dari jurusan IPA itu bisa lebih pinter akuntansi daripada latar belakang IPS. Tau apa sebabnya? Karena ilmu akuntansi itu sebagian besar bisa dibilang ‘matematika’. Bagi yang nggak suka hitung-hitungan seperti saya, jangan sesekali mencoba study jurusan akuntansi hanya gara-gara gengsi jurusan. Jurusan apapun di perguruan tinggi jika itu memang hal yang disukai dan berbakat yakin deh itu akan menjadi awal kesuksesan meraih impian. 

Memasuki seperempat hidup, kurang bijak sepertinya jika saya menyesali yang telah terjadi dalam kehidupan. Sekarang, bagaimana saya menjalani yang ada di depan mata dengan memberikan yang terbaik untuk menuai di hari depan. Karena apa yang di lakukan sekarang, dapat menentukan kehidupan selanjutnya di masa yang akan datang. Kapan harapan dan impian-impian saya terwujud. Only God knows. Ia selalu membuat segala sesuatu indah pada waktunya. Saya seorang manusia yang ikut kemana torehan pensilNya dalam hidup saya. Karena Tuhan yang empunya hidup saya.

Ria Sinaga
Jakarta, 15-Nov-2012 ; 08.00 pm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar