Hidup adalah
anugrah. Kalimat tersebut mungkin udah sering didengar. Banyak yang
mendefinisikan tentang hidup, tapi bagi gue, hidup adalah anugrah. Kalau diliat
dari versi Carlo Tamba seorang personal trainer bagi doi “life is an
opportunity to seek for and experience God’s grace” (www.sandrasutanto.com).
Nggak sedikit emank
yang kecewa dengan hidup. Pasti ada yang berpikir hidup itu nyusahin, hidup itu
bencana, hidup itu keras, hidup itu (.....) negatif lainnya. Tetapi coba
renungkan sejenak, bukankah hidup itu anugrah yang harus kita hargai. Apakah
hanya karena masalah atau cobaan yang diijinkan datang menjadi alasan kuat
bahwa hidup itu tidak bernilai.
Saya mau
menceritakan kisah seorang hamba Tuhan yang sedang sakit kanker sampai saat
ini. Waktu khotbah natal di gereja, dia bercerita pola hidupnya itu baik,
standarnya menjaga kesehatan dengan menjaga pola makan, olahraga teratur dan
lain-lain. Tetapi mengapa dia masih bisa terkena penyakit kanker? Saat dia bercerita
tentang proses pengobatannya salah satunya harus di kemoterapi. Beliau
bercerita bahwa ketika dia baru selesai di kemoterapi makanan apapun yang
dimakan, semuanya keluar (mutah). Ada penolakan dari dalam tubuh. Saat itu dia
slalu sadar bahwa ketika makan, makanan enak di kunyah, tidak ada keluhan saat
menelan makanan, dan metabolisme tubuh normal saat mencerna makanan yang di
makan. Oleh karena itu beliau mengatakan “makanlah karena Tuhan” melalui hal
itu pun kita sedang menyembah Tuhan. Karena hidup ini adalah anugrah. Sehingga
ketika makanpun, kita merasakan anugrah Tuhan nyata dalam hidup kita.
Ketika gue liat
hidup gue yang tidak ada kendala ketika menikmati makanan minuman, seluruh anggota tubuh dapat
digerakkan dengan normal, leluasa berpikir untuk mengerjakan dan belajar di
kampus, kesempatan bekerja, leluasa berolahraga anggota tubuh bisa bergerak ke
kiri ke kanan depan belakang serong kiri dan kanan sampai melompat, berlari,
push up, sit up angkat barbel angkat besi dsb semua karena anugrah di dalam
hidup.
Hidup adalah
anugrah dan sangat berharga. Hidup kita terlalu berharga hanya dipakai untuk
menyakiti hati orang tua, hati teman sahabat, hati rekan kerja, hati saudara.
Hidup kita terlalu berharga jika hanya dipakai untuk mendendam dan iri hati ke
sesama. Hidup kita terlalu berharga jika hanya untuk galau karena cinta yang
tidak bersifat kekekalan. Hidup kita terlalu berharga jika digunakan hanya
untuk musuhan dengan sesama. Hidup ini terlalu berharga hanya digunakan untuk
ngomongin orang. Hidup kita terlalu berharga jika hanya bisa mengeluh setiap
saat. Sedih, senang, marah, kecewa, sakit, menangis, bahagia, tertawa semua hal
yang bisa dialami oleh siapa saja bahkan gue rasa waktu Tuhan Yesus datang ke
dunia yang gelap ini 100% menjadi menusia mengalami hal-hal sedih, senang,
marah, kecewa, menagis, bahagia bahkan tertawa. Semua itu hal yg normal dialami
siapa saja. Oleh sebab itu hidup adalah anugrah. Dimana kita masih memiliki
rasa/sensitifitas nggak mati rasa, syukurilah keadaan yang ada. Nggak selamanya
keadaan dalam hidup ini slalu sama.
Sekali lagi gue
katakan, hidup adalah anugrah dan sangat berharga. Hargailah hidupmu yang hanya
satu kali saja, jangan sia-siakan. Makan karena Tuhan, bekerja karena Tuhan, belajar karena Tuhan,
berolahraga karena Tuhan, beristirahat dan tidur karena Tuhan.
“Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang
sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana,
bukan pula dengan perak atau emas” (1 Petrus 1:18)