Minggu, 16 Desember 2012

The Little Things She Needs



Apa yang terlintas dari kalimat “the little things she needs”? dulunya saya nggak tau menau soal merk sepatu ini. Pas tau, ya cuek aja. Now omigot gw ngerasa unik aja dengan merk sepatu ini. Soal harga bisa di bilang terjangkau, bisa di bilang enggak. Relatif sik. Harga sepatu teplek / yang rata bukan high heels dengan model lucu dan menarik sekitar Rp 149.000 – Rp 199.000. kalo untuk high heelsnya diatas itu. 
The Store

Menurut data dari pencarian di internet about the little things she needs We proudly sell famous brands in USA with good deal price and good quality. All items are authentic brand, imported and shipped directly from USA to Indonesia cities. We do not sell counterfeit / replica items (sumber: http://www.facebook.com/littlethingsheneeds/info). Dibenak saya, apa yang mereka pikirkan sebelum memutuskan nama brandnya itu the little things she needs. Bener-bener yang dibutuhkan cewek-cewek dari sgala umur tersedia dalam brand ini. 

Berhubung saya mempunyai kaki yang rada-rada ngeselin. Kaki saya nggak bisa pake sepatu yang belum punya “brand”. Saya pernah membeli serta memakai sepatu yang belum punya brand, hasilnya kaki lecet plus nggak long term. Saya lebih senang ketika membeli barang, bisa saya gunakan dalam jangka waktu yang lumayan lama. Ibaratnya, walaupun sepatu saya cuma satu, yang penting sepatu itu punya kualitas yang bagus sehingga saat digunakan kaki saya nyaman melangkah, nggak lecet dan akan saya pakai sesering mungkin sampai rusak nggak bisa dibenerin lagi. 
W/ new shoes of TLTSN at Grand Opening
 
Saya suka berbelanja bijak. Biasa deh konsumen, saya suka dapat barang bagus dengan harga yang bagus juga. Kualitas bagus dan harganya masih wajar untuk ukuran isi dompet saya. Biasanya saya cocok dengan brand icon ninety9, sekarang saya ada pilihan baru yaitu the little things she needs. Sepatu cantik berwarna coklat adalah sepatu pertama yang saya pakai dari the little things she needs. Saya bangga saat memakainya ketika grand opening di kantor. Thank you buat para desinger sepatu dan brand yang sepenuh hati memberikan yang terbaik buat kebutuhan konsumennya. Shoes business bicara tentang helping people. Karena bagi saya sangat penting peran sepatu, karena kaki adalah awal untuk melangkah.


-Ria Sinaga-
16 Desember 2012; 09.00 pm

What can I Say



-          - Siapa yang aku panggil bapatua lagi
-          - Siapa yang datang ke rumah saat aku datang dari jakarta
-          - Siapa yang datang, mendoakan dan memberi nasihat saat aku akan kembali lagi ke jakarta
-          - Siapa menjenguk hampir setiap hari ketika aku terbaring lemah di rumah sakit
-          - Siapa yang bisa ku anggap seperti papa ku sendiri
-          - Alunan musik organ di gereja yang begitu khas
-          - Ultah ku 18 tahun, disitu beliau datang ke rumah dan khusus mendoakan aku
-          - Semua begitu cepat
-          - Tidak ada yang menyangka secepat ini
-          - Saya kira ketika saya menikah kelakm beliau masih ada dan melihat saya di pemberkatan
 

Terpujilah Nama Tuhan, apa yang berasal dari padaNya, akan kembali padaNya.

Sudahlah sayang, walaupun bintang itu tidak bisa digenggam lagi, tapi bintang itu akan terus bersinar

Bapatua Boy


in memoriam
Bapatua Boy

-Ria Sinaga-
16 Desember 2012; 09.35 pm

Selasa, 27 November 2012

Siapa Sih yang Enggak Mau



Hari minggu pagi yang indah dengan air super deras turun dari langit mendung, menghantarkan saya mandi gratis di jalan. Basah kuyup dari ujung rambut, apalagi ujung kaki entah bagaimana cara menggambarkan keadaan basah kuyup menuju gereja pada saat itu. Hasil akhir acara basah kuyup yang mengharuskan saya membeli dress baru untuk menggantikan seluruh kostum awal. Toilet mall yang masih sepi pengunjung, saya seperti di rumah sendiri memeras celana jeans dan baju atasan sebelum dimasukkan ke plastik dan menggantikan dengan dress dadakan yang baru dibeli. Mungkin bisa di bilang apes, tapi hal tersebut menambah pengalaman unik dan lucu dalam hidup saya. 

Anyway hari minggu di buka dengan acara basah kuyup, di sore hari saya menerima sms dari nyokap.

Nyokap : (sms 1) sekali-skali kalo hari sabtu nggak kerja ke rumah tulang lah. Biar gereja sama tulang, biar dapat jodoh orang batak.
(sms 2) 2 tahun lagi papa pensiun, sebelum papa pensiun menikahlah kamu. Rugi kalau tidak menikah sekarang, belum lagi umur makin bertambah. Bla bla bla blaaaaaaaa

Eng ing eng... datanglah tema besar yang bernama jodoh atau pasangan hidup yang membuat saya jadi sedikit emosi. Jika ditanya, saya pasti mau menikah. Perasaan atau keinginan menikah itu sudah ada, walaupun nggak pengen nikah sekarang (saat ini juga). Lagipula dengan kondisi yang memang saya belum menemukan “the right man”, posisi saya saat ini belum genap 1 bulan moment kelulusan after sidang skripsi dan baru menikmati kembali sebagai wanita karir setelah sekian lama menjadi mahasiswi extention di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Namanya juga baru lulus kuliah dan kembali menjadi wanita karir lagi, pasti lagi semangat-semangatnya untuk berkarir dan menikmati udara bebas lepas dari ransel ‘mahasiswi’ tapi udah di cekek atau dipenjara lagi atau bisa dibilang dikejar deadline yang namanya dapatin jodoh secara instan and then menikah. 



Siapa sih yang nggak mau menikah? Sebagian besar makhluk hidup di dunia ini khususnya manusia itu pasti ada keinginan untuk menikah. Tapi, saya sangat menolak keras jika saya harus gereja jauh2 ikut sama tulang saya demi mendapatkan pria batak untuk dijadikan jodoh (what the hell) saya pergi ke gereja tujuan utama adalah kerinduan beribadah & bersekutu bersama saudara seiman lainnya, saya juga menolak keras jika saya harus menikah karena deadline umur, karena perintah dari para keluarga, karena lagi musimnya dsb. Sorry! saya akan  menikah karena memang sudah waktunya dari Tuhan dan menikah dengan “Mr. Right”.

Pasti ada rasa kecewa campur marah dan bete’ ketika hal menikah itu kesannya suatu hal yang ‘biasa’ saja atau bisa dikatakan ‘rutinitas’ perjalanan hidup belaka. Seakan pernikahan itu moment yang nggak berharga sama sekali. Tiada yang salah tentang pernikahan. Pernikahan itu bagi saya unforgetable moment banget melebihi apapun. Pada waktu itu tiba saya ingin senyum manis dan bahagia tiada hentinya terlukis di hati dan wajah pendamping hidup saya, keluarganya beserta seluruh orang-orang yang saya kasihi lainnya.

So, jangan gampang bertanya ‘kapan merried?’. Karena merried suatu moment yang berbeda dengan pertanyaan ‘kapan kelar skripsi?’. Jika ingin menjadi pengingat sesekali it’s okey lah.
Saya yakin sudah ada rancangan Tuhan yang indah khusus buat saya tentang “Mr. Right” di depan sana. Karena rancangan yang ada pada Tuhan rancangan damai sejahtera, bukan rancangan kecelakaan..... Tinggal menunggu saatnya tiba, yang selalu indah tepat pada watunya.

*****

Nyokap : sebutan mama dalam bahasa di jakarta.
Tulang : sebutan atau panggilan paman di kalangan orang batak toba (kakak/adik laki-laki dari     saudara kandung mama).

-Ria Sinaga-
24-Nov-2012; 11.35pm

Minggu, 25 November 2012

Jurusan Akuntansi Babes




Ehem, uhuk, yipikayey, eciee yang udah lulus dari perkuliahan jurusan akuntansi. Mimpi nggak ya di belakang nama bisa di selipin gelar S.E. Jaman sekarang, memang sudah lumrah untuk menjadi sarjana. Berbeda dengan jaman papa mama saya dulu untuk menjadi sarjana itu adalah sesuatu yang ‘wow’ dan nggak gampang karena berbagai faktor. Jika banyak orang mencapai S.E hal yang short journey, berbeda dengan saya. Usia seperempat abad, saya baru berhasil lulus kuliah strata 1. Awalnya saya berkuliah mengambil Study D3 akuntansi program non reguler yang notabene sudah ditentukan masa study 3,5 tahun. Entah kenapa waktu itu saya dan keluarga mengambil keputusan untuk menerima sgala konsekuensi termasuk dalam hal waktu. Stelah lulus dari D3 yang waktu studynya lebih lama dari D3 pada umumnya, saya sempat rehat sejenak. Saya enjoy hanya bekerja dan belum ada hasrat untuk melanjutkan ke strata 1. Sejujurnya, pada saat saya mengambil keputusan kuliah di jurusan akuntansi hanyalah karena restu dari orang tua. Saya juga didorong oleh guru ekonomi akuntansi saat saya masih SMA untuk berkuliah di jurusan akuntansi. Sebenarnya, saya pengen banget berkuliah di jurusan komputer, hukum atau komunikasi. Tetapi karena latar belakang jurusan akuntansi adalah jurusan yang paling tenar dikalangan ilmu sosial, jadinya saya mengambil jurusan tersebut untuk pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Beberapa orang terdekat sering mengatakan “elu itu nggak cocok kerja di ladang finance, accounting dkk ri. Orang yang kerja dibagian finance, accounting itu yang jiwanya jutek, pendiem, nggak rame. Kalo elu itu suka ikut-ikut acara musik, acara ini, acara itu, bisa tau ini and itu dengan cepat dsb”. Hahaha, saya hanya bisa merespon dengan tertawa. 

Well, semakin dewasa memahami kehidupan dan arti sebuah panggilan saya sadar kalo saya hanya berminat di dunia akuntansi tetapi tidak mempunyai bakat di kalangan akuntansi dan kawan-kawannya. Saya bisa mengerjakan pekerjaan akuntansi, keuangan, perpajakan tetapi tidak cinta. Hal yang disayangkan ketika mempunyai minat tetapi ternyata tidak berbakat. Tanya saja pada dosen pembimbing saya yang baik hati, berapa pertanyaan kompre dari dosen penguji yang berhasil saya jawab saat sidang. Bisa dihitung dengan jari saya dapat menjawab pertanyaan kompre. Karena saya hanya modal menghapal tetapi tidak memahami apa yang saya baca dan pelajari. Saya juga bingung, saat SMA saya jago akuntansi, tetapi berbeda pada saat di perguruan tinggi. Kurangnya bakat akuntansi dalam diri saya, membuat saya kurang antusias. 

Lulusan akuntansi itu memang bisa dibilang spesial. Mana ada membutuhkan seorang akuntan dan auditor membuat salah satu persyaratan minimal Sarjana from any major. Kenapa, karena jurusan akuntansi itu spesial yang akan menempati kedudukan yang mempunyai peran yang sangat penting di industri manapun. Kalo di kalangan IPA bisa melahirkan dokter-dokter hebat, di kalangan IPS dapat melahirkan para dokter keuangan. Manusia dan uang, dua-duanya kadang sama tingkat sensitifnya. Salah dikit aja, udah salah smuanya dan melahirkan yang namanya salah diangnosa atau salah analisa. Banyak orang yang bilang saya termasuk orang yang mempunyai tingkat analisa yang tajam. Saya memang senang menganalisa. Menganalisa tentang lingkungan, tentang berita, tentang karakter, tentang fashion, tentang film dan musik, tetapi tidak tentang angka-angka rupiah, dollar dsb. Cuma sebagai info aja, sebenarnya banyak orang yang bilang “gw nggak ngerti apa-apa soal akuntansi kan gw dari IPA”. Justru biasanya yang dari jurusan IPA itu bisa lebih pinter akuntansi daripada latar belakang IPS. Tau apa sebabnya? Karena ilmu akuntansi itu sebagian besar bisa dibilang ‘matematika’. Bagi yang nggak suka hitung-hitungan seperti saya, jangan sesekali mencoba study jurusan akuntansi hanya gara-gara gengsi jurusan. Jurusan apapun di perguruan tinggi jika itu memang hal yang disukai dan berbakat yakin deh itu akan menjadi awal kesuksesan meraih impian. 

Memasuki seperempat hidup, kurang bijak sepertinya jika saya menyesali yang telah terjadi dalam kehidupan. Sekarang, bagaimana saya menjalani yang ada di depan mata dengan memberikan yang terbaik untuk menuai di hari depan. Karena apa yang di lakukan sekarang, dapat menentukan kehidupan selanjutnya di masa yang akan datang. Kapan harapan dan impian-impian saya terwujud. Only God knows. Ia selalu membuat segala sesuatu indah pada waktunya. Saya seorang manusia yang ikut kemana torehan pensilNya dalam hidup saya. Karena Tuhan yang empunya hidup saya.

Ria Sinaga
Jakarta, 15-Nov-2012 ; 08.00 pm

Minggu, 18 November 2012

Babelan Ujung Utara Indonesia

Suatu daerah yang cukup asing di telinga saya mendengar kata babelan. Tetapi hal itu menjadi tujuan utama saya dan teman-teman sekelas (teman kampus program strata 1). Salah satu teman baik kami melangsungkan akad nikah dan resepsinya sabtu yang cerah merona kala itu. Persiapan untuk menuju ke tempat tujuanpun sudah dipikirkan dan dikemas seminggu sebelum waktunya. Mulai dari pencarian serta pengaturan akomodasi, mendata siapa saja yang hadir, meeting point dimana dsb. Awalnya, saya hanya berpikir bahwa saya dan teman-teman mau kondangan (ke undangan) di daerah bekasi. Jujur saja jika mendengar kata bekasi, saya cuma tau soal MM (Metropolitan Mall). Selebihnya, saya nggak tau menau tentang bekasi city. Sabtu sebelumnya saya menghadiri resepsi pernihakan salah satu sahabat saya di daerah harapan indah bekasi. Omigot!!! Jauh banget ditambah macet. Hal yang rumit untuk dilalui dengan kurang lebih 3 jam perjalanan dari terminal kampung melayu. Nah, yang kondangan ke babelan, apa kabar? Itu daerah bekasi juga loh. Nah loh bekasi again, eng ing eng........

***
 
Brangkat kurang lebih dari kuningan jakarta kira-kira pukul 13.30 WIB menuju Babelan, Bekasi Utara. Smangat yang membara masih terlintas dalam diri kami dan berkata “titi, kami dataaaaaaannngg”, seruan dari teman-teman. Belom apa-apa, di jalan H.R Rasuna Said aje udah macet >.< pas udah masuk tol juga macet. Mencapai garis finish tol barat bekasi dengan cepat pun hanya jadi mimpi. Bercerita, bercanda, tertawa dan curcol menjadi hiburan kami di mobil pada saat macet di tol. Jakarta, kapan sih nggak macet? Tapi sabtu itu macetnya memang bisa dibilang kebangetan. Cocok dengan sebutan kalo ada kata diatas kata “parah”. Zzzzz beberapa jam kemudian tiba di tol bekasi barat. Hati kami sedikit lega campur haru karena akhirnya keluar juga dari parkiran gratis. Kami smua melakukan meeting point ulang, bertemu di titik RS Hermina berhubung rombongan jadi 3 mobil.

***
 
Iyess, siap-siap brangkat menuju tempat utama yaitu gedung PGRI Babelan. Cewek-cewek termasuk saya mengoles ulang bedak serta lipstik di bibir. Maksud hati biar sampai disana tampak masih rapi dan segar. Membuka peta lokasi tujuan untuk mempermudah perjalanan. Dibenak kami, dari tol barat bekasi kira-kira paling lama 1 jam perjalanan. Nggak jauh-jauh dari tol tersebut, kalo liat peta. Mulai ketemu statiun bekasi, kami smua udah nggak sabar nyampe disana berhubung perut kami semua sudah pada konser rock n’ roll alias laper coy. Karena lihat di peta, dari statiun bekasi tinggal luruuuuussss abis itu ketemu kantor camat Babelan belok kiri abis itu belok kanan nyampe deh. Easy, right?!! Ternyata kenyataannya tidak selurus yang ada dalam peta, hahaha. Jalanan yang cuma satu jalur, ada jalanan yang ditutup ditambah macetnya lebih parah daripada di tol pake harus muter balik karena nyasar, intinya takjub deh sama perjalananya. Sepanjang perjalanan hal yang kami bisa lakukan adalah seperti yang kami lakukan sebelumnya. Bercerita, bercanda, tertawa sambil bersabar menemukan lokasi resepsi itulah yang menjadi hiburan. Melewati gunung lewati lembah, persawahan, taman kebalen, toko-toko alfamart, rumah-rumah penduduk, sampai melewati summarecon river side alias pinggir kali (kali = sungai), kabel listrik yang tergantung tidak tinggi tapi dibawah dekat dengan tanah, kami nikmati seperti perjalanan wisata ala koper dan ransel. Khusus para cewek-cewek dandanan, dress, rambut serta make up bukan prioritas yang sempat untuk diperhatikan. Keinginan kami cuma satu yaitu cepat sampai tujuan. Slama perjalanan, kami memperhatikan janur kuning yang terpasang. Kali aja tulisannya adalah nama teman kami. Ternyata dari sekian banyak janur kuning yang terpasang, bukan nama dari teman kami, melainkan ada yang membuat kami tertawa karna di janur kuning tersebut tertulis nama “meox”. Sekali ini saja ke daerah Babelan sudah mau nyerah rasanya. Kami hanya berpikir, selama ini teman kami yang nikah kantornya daerah kuningan jakarta bolak balik dengan mengendarai motor apa kabarnya yah :D bisa kuat loh, mantab nggak tuh.

***
 
Finally, yang nyetir yang tak kenal kata menyerah kami tiba juga di gedung PGRI Babelan. Akhirnyaaaaaaaaaa!!! Wajah dan dandanan sudah berubah. Sudah nggak bisa ngitung berapa jam perjalanan dan sampai jam berapa kami pada saat itu. Dress harusnya di seterika lagi karena kusut. Rambut ada yang megar, wajah ada yang muka mabuk, datar, bantal, bengong dsb. Beruntung nggak semua makanan sudah habis. Turut berbahagia, haru campur kecapean dijalan saat memeluk teman baik kami yang sudah resmi menikah. Saat saya berpelukan sama titi sang pengantin wanita dan dia berkata “duuhh jauh ya tempatnya”, saya hanya bisa berkata di dalam hati “yang penting sekarang udah nyampe *haha”. Orang kedua yang menyusul menempuh hidup baru dari kelas 1205. Pastinya personel yang lain ingin segera menyusul moment tersebut suatu hari nanti *uhuk*.  Kami makan sekenyangnya, kami puas-puasin photo. Photo-photo bersama pengantinnya maupun photo di luar gedung. Nggak mau melewatkan moment indah apalagi untuk sampai di tempat tersebut penuh dengan perjuangan dan kebetulan memang hari itu adalah hari pahlawan. Kami lah para pejuang-pejuang dari jakarta – babelan *dramatis*.
Titi's Wedding 10-Nov-2012 @ Babelan, Bekasi Utara
 
Perjalanan pulang, nggak jauh beda dengan perjalanan datang. Malah lebih parah lagi macetnya. Tadinya, kami ada 2 undangan. Undangan yang satu lagi, kakak dari salah satu teman baik kami melangsungkan resepsi pernikahan juga. Dengan berat hati karena keadaan yang sangat teramat tidak memungkinkan, kami membatalkan untuk pergi kesana. Perjalanan pulang, impian kami hanyalah minimal bertemu kembali dengan mulut tol bekasi barat, apalagi baru stengah jam meninggalkan lokasi perut kami pun kembali konser slow rock alias lapar lagi!!!. Zzzzz beberapa jam kemudian, kami melihat lampu-lampu jalanan, metropolitan mall, giant dsb rasa haru campur bahagia melihat ‘kota’ kembali. Welcome to the earth guys, kata seorang teman. Macam dari planet mana pulak lah kami barusan, haha. 

***
 
Mendatangi 2 kondangan sekaligus hasilnya cuma berhasil 1 kondangan, batal jalan-jalan pulang dari kondangan, batal nonton skyfall bareng tetapi nggak batal makan malam bersama. Perjalanan panjang, melelahkan, menakjubkan ditutup dengan makan malam bersama. Intinya sabtu itu menghabiskan waktu untuk 1 kondangan saja menghabiskan waktu 12 jam dan kami berharap tidak ada lagi salah satu dari kami yang melangsungkan pernikahan di daerah babelan. Mendengar kata kota bekasi pun kayaknya jadi galau duluan. Babelan’, lebih dekat ke Kalimantan Barat dibandingkan kesana. Tapi demi salah satu teman baik kami, kami turut berbahagia atas pernikahannya sehingga dibela-belain untuk datang. Kerbersamaan dengan teman-teman sekelas 1205 yang sudah lama nggak bertemu jadi terasa lebih lama karena perjalanan yang panjang. Memiliki teman-teman mempunyai hobby serius bercanda daripada serius marah-marah menjadikan perjalanan seru yang tak terlupakan buat kami smua. Sekali lagi perjalanan jauh, seru, menyenangkan dan kebersamaan rekan-rekan 1205 tidak pernah bisa tergantikan oleh apapun.
Next, dimanakah lokasi resepsi? Ditunggu ya undangannya. Kalo bisa jangan di daerah bekasi lagi, hahaha (just kidding). 

Selamat menempuh hidup baru Titi dan Asep

Jakarta, 15-Nov-2012 ; 02.00 pm
-Ria Sinaga-