Minggu, 21 Oktober 2012

Cobalah Mengerti


Setelah menulis tentang bachelors party dalam tulisan what a perfect last Friday night, akhir-akhir ini saya lagi suka dengerin lagu dari Noah feat Momo Geisha yang berjudul cobalah mengerti. Rata-rata udah pada pernah denger dunk lagu cobalah mengerti versi si Momo, berhasil dinyanyikan dengan karakter sendiri lepas dari karakter penyanyi aslinya sehingga memiliki ciri khas atau keunikan masing-masing.

Bukan soal Momo Geisha ataupun Noah yang menjadi topik utamanya. Saya terkesan dengan judul lagunya “cobalah mengerti”. Minggu ketiga di bulan ini bisa di bilang minggu yang cukup berat buat di lalui. Mama opname di rumah sakit dari minggu lalu dan saya mendapatkan shocking soda dari hari pertama saya bekerja. Bersyukur kepada Tuhan adalah hal yang slalu membahagiakan hati saya dan damai sejahtera serta sukacita menguasai hati & pikiran ini. Sakit, mungkin kata ini adalah hal yang biasa. Masuk rumah sakit rawat inap karena sakit, hal ini sering saya alami ketika masih balita, masa anak-anak, remaja hingga dewasa. Hal yang bikin nggak biasa, kalau orang yang kita kasihi baru masuk rumah sakit rawat inap di bulan lalu harus jatuh sakit dan di rawat inap kembali di bulan berikutnya. Masalahnya bukan ada pada pertanyaan ‘kenapa’ tetapi untuk apa hal ini di ijinkan terjadi. Saya ‘mencoba mengerti’ dengan keadaan saat itu. Thanks God, akhirnya mama sudah bisa pulang dari rumah sakit dan kondisi kesehatannya yang mulai pulih dan dipulihkan.

Hal yang selanjutnya adalah hari pertama saya bekerja, semangat yang membara disertai deg-deg’an unyu-munyu. Bekerja di sebuah perusahaan dengan nama besar pasti menjadi kebanggaan tersendiri. Tetapi pernahkah terlintas jika perusahaan yang mempunyai nama besar tersebut memiliki sistem manajemen kinerja yang masih manual? Sistem pembukuan keuangan yang ngurusin dua PT sekaligus masih menggunakan manual system. Oke fine, selama saya ‘bisa’ walaupun nggak ‘cinta’, akan saya kerjakan sampe seberapa kuat. Saya terinspirasi dari kata-kata whatever you do, work at it with all your heart, as working for the Lord. So sweet, bukan.

Seni tersendiri pengalaman hari pertama saya bekerja di kantor ini ‘my first day is closing day’. Mungkin agak ambigu sama kalimat bahkan ada yang bingung saat membaca kalimat tersebut. Dunia kerja bagian finance itu ada istilah closing. Closing ini maksudnya adalah tutup buku. Artinya merekap semua transaksi yang telah di proses selama seminggu kemarin (tutup buku ada yang setiap minggu, ada juga yang setiap bulan). Karena manual system, jadinya agak repot. Dokumen yang menggunung yang harus di rekap dan ditanda tangani pihak-pihak tertentu. Hari pertama yang saya belum mengerti apa-apa dengan manajemen atau ‘model’ pembukuannya seperti apa menuntut saya untuk mengikuti alur kinerja team work yang ujung-ujungnya ngajarin kilat dan harus mengerti secara kilat juga. *nyengir*. Serasa lari maraton sejauh berapa kilometer gitu. Pokoknya bingung deh ngerespon keadaan pada saat itu. Bingung antara mau ngakak sama mau nangis. Rasa syukur lebih besar daripada rasa ngeluh itu membuat saya bisa berpikir ‘cobalah mengerti’. Belajar mau mengerti daripada menuntut untuk dimengerti. 

Bagaimana dengan lingkungan kerja dan orang-orang di dalamnya? Pernah membaca artikel salah satu blog pribadi seseorang yang judulnya ‘teman’. Tulisan tersebut membuka pikiran dan energi positif bagi saya tentang per-temanan. Tulisan ini secara garis besar mengatakan jangan terlalu serius dalam berteman. Maksudnya begini, ada lebih dari 3 miliyar orang yang hidup di dunia ini bisa dijadikan teman. Teman masa lalu tak bisa memberi pengetahuan masa kini, teman masa depan hanya bisa mendengar cerita masa lalu mu ( http://dannioo.com/2011/07/02/teman/ ). Belajar dan sudah mengevaluasi pengalaman buruk masa lalu dalam dunia pertemanan di kantor atau dunia kerja bagian accounting, tax, finance dan kawan-kawannya, memutuskan untuk tidak terlalu serius dalam berteman. Profesional kerja sangat dibutuhkan dalam pekerjaan. Kalau tidak begitu, bagaimana caranya dapat menghasilkan kinerja yang maksimal. Kenyamanan saat bekerja juga pasti dibutuhkan siapa saja. Cukup banyak case dari teman-teman yang bercerita soal masalah dengan rekan kerja yang kadang akarnya hanya dari persoalan sepele yang dibikin jadi berlebihan sehingga menghasilkan kata lebay, emosi meledak adalah hasil akhirnya. Ngeri, bukan? Saya pun nggak begitu ngurusin soal sifat/karakter yang dimiliki oleh teman-teman serekan kerja selama itu masih bisa diajak kerja sama. Masing-masing orang mempunyai karakter dan proses tersendiri dalam peningkatan kedewasaannya. So, berusaha memaklumi saja jika ada yang kurang berkenan. Fokus pada prioritas pekerjaan harus selesai tepat waktu dengan penuh rasa tanggung jawab. Kayaknya buang-buang waktu jika berpikiran negatif tentang orang lain. “Pikiran-pikiran negatif yang muncul mengenai orang lain, bisa menjadi pencuri sukacita terbesar dalam menjalani hari-hari. Ada kalanya, lebih baik kita memutuskan untuk tidak mengetahui apa yang tidak perlu kita ketaui. Agar kita dapat fokus untuk maju ke masa depan dan menyerahkan kepada Tuhan sikap orang lain terhadap kita yang tidak dapat kita ubah (by: @ferryfelani )”. Lagi-lagi ‘cobalah mengerti’ dengan hal tersebut. Berteman memang tidak selamanya harus bareng-bareng terus. 

Ke-tidak terlalu seriusan dalam berteman bukan berarti tidak peduli alias cuek terhadap sesama manusia. Perhatian yang wajar serta bijak menempatkan diri menjadikan suasana tetap hangat. Terkadang tidak dipungkiri dalam keadaan berat yang dihadapi, manusia butuh teman untuk didengar bukan hanya mampu untuk mendengar saja. Tapi entah kenapa, keadaan genting terkadang teman baik maupun sahabat pasti tidak ada waktu atau berhalangan untuk bertemu mendengarkan curhat. Hal tersebut akan terlintas dalam pikiran bahwa kalau kita itu slalu ada buat mendengarkan curhatan teman maupun sahabat, bahkan kadang ada hal yang dikorbankan untuk mendengarkan selembar curhat. Namanya cewek, kalau punya masalah enaknya itu curhat. Ada yang dengerin aja udah berasa lega gitu. Lagi dan lagi ‘cobalah mengerti’ bahwa teman dan sahabat juga punya dunianya sendiri. Mungkin lebih sering dirasakan kadang datang jika membutuhkan dan pergi ketika lagi senang. Mencoba mengerti jauh lebih baik daripada larut dalam kekecewaan. Kalau kata dannioo.com “hanya akan merontokkan rambut dan melubangi hati” jika hal itu terjadi. 

Kita nggak bisa memaksakan keadaan dan kondisi slalu seperti yang kita inginkan. Ada kalanya keadaan yang nggak enak di ijinkan terjadi tujuannya pasti untuk kebaikan diantaranya meningkatkan karakter yang lebih kuat dan dewasa dari sebelumnya. Fokus pada tanggung jawab dan masa depan yang ada di depan mata terlebih dahulu. Mencoba mengerti itu jauh lebih baik daripada tidak mencoba sama skali. If you wait for perfect conditions, you will never get anything done __unknown

21-Oct-2012
-Ria Sinaga-