Setelah menulis
tentang bachelors party dalam tulisan
what a perfect last Friday night, akhir-akhir ini saya lagi suka
dengerin lagu dari Noah feat Momo
Geisha yang berjudul cobalah mengerti. Rata-rata udah pada pernah denger dunk
lagu cobalah mengerti versi si Momo, berhasil dinyanyikan dengan karakter
sendiri lepas dari karakter penyanyi aslinya sehingga memiliki ciri khas atau
keunikan masing-masing.
Bukan soal Momo
Geisha ataupun Noah yang menjadi topik utamanya. Saya terkesan dengan judul
lagunya “cobalah mengerti”. Minggu ketiga di bulan ini bisa di bilang minggu
yang cukup berat buat di lalui. Mama opname di rumah sakit dari minggu lalu dan
saya mendapatkan shocking soda dari
hari pertama saya bekerja. Bersyukur kepada Tuhan adalah hal yang slalu
membahagiakan hati saya dan damai sejahtera serta sukacita menguasai hati &
pikiran ini. Sakit, mungkin kata ini adalah hal yang biasa. Masuk rumah sakit
rawat inap karena sakit, hal ini sering saya alami ketika masih balita, masa
anak-anak, remaja hingga dewasa. Hal yang bikin nggak biasa, kalau orang yang
kita kasihi baru masuk rumah sakit rawat inap di bulan lalu harus jatuh sakit
dan di rawat inap kembali di bulan berikutnya. Masalahnya bukan ada pada
pertanyaan ‘kenapa’ tetapi untuk apa hal ini di ijinkan terjadi. Saya ‘mencoba
mengerti’ dengan keadaan saat itu. Thanks God, akhirnya mama sudah bisa pulang
dari rumah sakit dan kondisi kesehatannya yang mulai pulih dan dipulihkan.
Hal yang
selanjutnya adalah hari pertama saya bekerja, semangat yang membara disertai
deg-deg’an unyu-munyu. Bekerja di sebuah perusahaan dengan nama besar pasti
menjadi kebanggaan tersendiri. Tetapi pernahkah terlintas jika perusahaan yang
mempunyai nama besar tersebut memiliki sistem manajemen kinerja yang masih
manual? Sistem pembukuan keuangan yang ngurusin dua PT sekaligus masih
menggunakan manual system. Oke fine, selama saya ‘bisa’ walaupun nggak
‘cinta’, akan saya kerjakan sampe seberapa kuat. Saya terinspirasi dari
kata-kata whatever you do, work at it
with all your heart, as working for the Lord. So sweet, bukan.
Seni tersendiri
pengalaman hari pertama saya bekerja di kantor ini ‘my first day is closing
day’. Mungkin agak ambigu sama kalimat bahkan ada yang bingung saat membaca
kalimat tersebut. Dunia kerja bagian finance
itu ada istilah closing. Closing ini maksudnya adalah tutup buku.
Artinya merekap semua transaksi yang telah di proses selama seminggu kemarin
(tutup buku ada yang setiap minggu, ada juga yang setiap bulan). Karena manual
system, jadinya agak repot. Dokumen yang menggunung yang harus di rekap dan
ditanda tangani pihak-pihak tertentu. Hari pertama yang saya belum mengerti
apa-apa dengan manajemen atau ‘model’ pembukuannya seperti apa menuntut saya
untuk mengikuti alur kinerja team work
yang ujung-ujungnya ngajarin kilat dan harus mengerti secara kilat juga.
*nyengir*. Serasa lari maraton sejauh berapa kilometer gitu. Pokoknya bingung
deh ngerespon keadaan pada saat itu. Bingung antara mau ngakak sama mau nangis.
Rasa syukur lebih besar daripada rasa ngeluh itu membuat saya bisa berpikir
‘cobalah mengerti’. Belajar mau mengerti daripada menuntut untuk dimengerti.
Bagaimana dengan
lingkungan kerja dan orang-orang di dalamnya? Pernah membaca artikel salah satu
blog pribadi seseorang yang judulnya ‘teman’. Tulisan tersebut membuka pikiran
dan energi positif bagi saya tentang per-temanan. Tulisan ini secara garis
besar mengatakan jangan terlalu serius dalam berteman. Maksudnya begini, ada
lebih dari 3 miliyar orang yang hidup di dunia ini bisa dijadikan teman. Teman
masa lalu tak bisa memberi pengetahuan masa kini, teman masa depan hanya bisa
mendengar cerita masa lalu mu ( http://dannioo.com/2011/07/02/teman/ ). Belajar
dan sudah mengevaluasi pengalaman buruk masa lalu dalam dunia pertemanan di
kantor atau dunia kerja bagian accounting,
tax, finance dan kawan-kawannya, memutuskan untuk tidak terlalu serius
dalam berteman. Profesional kerja sangat dibutuhkan dalam pekerjaan. Kalau
tidak begitu, bagaimana caranya dapat menghasilkan kinerja yang maksimal. Kenyamanan
saat bekerja juga pasti dibutuhkan siapa saja. Cukup banyak case dari teman-teman yang bercerita
soal masalah dengan rekan kerja yang kadang akarnya hanya dari persoalan sepele
yang dibikin jadi berlebihan sehingga menghasilkan kata lebay, emosi meledak
adalah hasil akhirnya. Ngeri, bukan? Saya pun nggak begitu ngurusin soal
sifat/karakter yang dimiliki oleh teman-teman serekan kerja selama itu masih
bisa diajak kerja sama. Masing-masing orang mempunyai karakter dan proses
tersendiri dalam peningkatan kedewasaannya. So, berusaha memaklumi saja jika
ada yang kurang berkenan. Fokus pada prioritas pekerjaan harus selesai tepat
waktu dengan penuh rasa tanggung jawab. Kayaknya buang-buang waktu jika
berpikiran negatif tentang orang lain. “Pikiran-pikiran negatif yang muncul
mengenai orang lain, bisa menjadi pencuri sukacita terbesar dalam menjalani
hari-hari. Ada kalanya, lebih baik kita memutuskan untuk tidak mengetahui apa
yang tidak perlu kita ketaui. Agar kita dapat fokus untuk maju ke masa depan
dan menyerahkan kepada Tuhan sikap orang lain terhadap kita yang tidak dapat
kita ubah (by: @ferryfelani )”. Lagi-lagi ‘cobalah mengerti’ dengan hal
tersebut. Berteman memang tidak selamanya harus bareng-bareng terus.
Ke-tidak terlalu
seriusan dalam berteman bukan berarti tidak peduli alias cuek terhadap sesama
manusia. Perhatian yang wajar serta bijak menempatkan diri menjadikan suasana
tetap hangat. Terkadang tidak dipungkiri dalam keadaan berat yang dihadapi,
manusia butuh teman untuk didengar bukan hanya mampu untuk mendengar saja. Tapi
entah kenapa, keadaan genting terkadang teman baik maupun sahabat pasti tidak
ada waktu atau berhalangan untuk bertemu mendengarkan curhat. Hal tersebut akan
terlintas dalam pikiran bahwa kalau kita itu slalu ada buat mendengarkan
curhatan teman maupun sahabat, bahkan kadang ada hal yang dikorbankan untuk
mendengarkan selembar curhat. Namanya cewek, kalau punya masalah enaknya itu
curhat. Ada yang dengerin aja udah berasa lega gitu. Lagi dan lagi ‘cobalah
mengerti’ bahwa teman dan sahabat juga punya dunianya sendiri. Mungkin lebih
sering dirasakan kadang datang jika membutuhkan dan pergi ketika lagi senang.
Mencoba mengerti jauh lebih baik daripada larut dalam kekecewaan. Kalau kata dannioo.com
“hanya akan merontokkan rambut dan melubangi hati” jika hal itu terjadi.
Kita nggak bisa
memaksakan keadaan dan kondisi slalu seperti yang kita inginkan. Ada kalanya
keadaan yang nggak enak di ijinkan terjadi tujuannya pasti untuk kebaikan diantaranya meningkatkan
karakter yang lebih kuat dan dewasa dari sebelumnya. Fokus pada tanggung jawab
dan masa depan yang ada di depan mata terlebih dahulu. Mencoba mengerti itu
jauh lebih baik daripada tidak mencoba sama skali. If you wait for perfect conditions, you will never get anything done
__unknown
21-Oct-2012
-Ria Sinaga-