Assume nothing,
verify anything!
Saya termasuk orang
yang menyukai kata-kata indah nan menginspirasi. Seperti kalimat diatas.
Kalimat tersebut saya kutip dari blog pribadi seseorang yang kebetulan
penulisnya mengutip dari pedoman di kantornya. Bahaya memang ketika seorang
yang mudah berasumsi. Apalagi berasumsi yang hanya berdasarkan perasaan belaka,
bukan dari perhitungan kasar. Asumsi hanya melahirkan pemikiran-pemikiran
negatif khususnya terhadap orang lain. Jika asumsi itu salah, akan melahirkan
pemikiran yang salah. Jika lahir pemikiran yang salah, akan mengeluarkan
kata-kata dan tindakan yang salah.
Misalnya saja ada
sepiring mie goreng. Melihat dari rupa mie tersebut, apakah kita tahu mie
goreng tersebut enak tidaknya hanya dari aroma masakannya dan penyajian yang
menarik? Mie goreng tersebut tidak tahu rasanya seperti apa jika tidak di
cicipi terlebih dahulu (verify). Sesudah dicicipi barulah tahu mie goreng
tersebut rasanya enak atau tidak. Belum cukup sampai disitu. Memverifikasi
sesuatu hal butuh perhitungan yang tepat dan objektif. Orang yang sangat
teramat kelaparan, akan menilai mie goreng tersebut rasanya begitu lezat
sehingga mau nambah sepiring mie goreng lagi. Berbeda ketika seorang yang
objektif dalam menilai masakan misalnya orang yang ahli dalam memasak atau
seseorang yang kondisi perutnya tidak kelaparan. Pasti tau kadar segala bumbu,
garam dan cita rasa yang pas terkandung dalam mie goreng.
Sebagai manusia
yang notabene adalah makhluk sosial, kita harus peka dalam keadaan apapun. Peka
bukan berarti yang terlalu ralut dalam perasaan semata. Cari tahu dulu
kebenarannya, baru dapat menyimpulkan sesuatu hal.
Ria Sinaga
24-Feb-2013;
11.00pm
Ass/u/me
BalasHapusNice sharing... bru tau ria blogger juga.
Keep doing ur hud job sist :)
Follow me on my blog
thank u jg filia udh mampir ke blog aku :)
Hapuspny blog juga yaa.. apa nama nya? :)